- hai semua, selamat malam, para sahabat Bahasa Indonesia yang berbahagia, dimanapun Anda berada :)
- kali ini kami akan sedikit membahas profil salah satu sastrawan Indonesia termashur, ialah AA Navis #aanavis
- nama aslinya adalah Ali Akbar Navis, lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatera Barat, pada 17 November 1924 #aanavis
- beliau telah wafat pada tanggal 22 Maret 2003 pada usia 78 tahun, dikenal sebagai sastrawan sekaligus budayawan Indonesia #aanavis
- banyak yang menjuluki AA Navis sebagai "Sang Pencemooh", karena ia dikenal sebagai sosok yang ceplas ceplos, apa adanya #aanavis
- karya-karyanya lebih bergaya satir dengan kritik-kritik sosialnya yang bertujuan untuk membangunkan kesadaran setiap pribadi #aanavis
- baginya, menulis adalah alat kehidupannya. Ia selalu mengatakan yang hitam itu hitam, yang putih itu putih #aanavis
- AA Navis mengaku, ia mulai menuis sejak 1950, tetapi hasil karyanya baru mendapatkan perhatian media sejak tahun 1955 #aanavis
- ia telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra dalam berbagai bentuk, 22 buku, 5 antologi sastra, dan 8 antologi luar negeri #aanavis
- selain itu, beliau juga mempunyai 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri #aanavis
- semua makalah tersebut dihimpun ke dalam sebuah buku berjudul Yang Berjalan Sepanjang Jalan #aanavis
- karya-karyanya berupa cerpen, novel, puisi, cerita anak-anak, sandiwara radio, esai sosial budaya, penulisan otobiografi dan biografi #aanavis
- salah satu karya AA Navis dalam bentuk cerita pendek yang terkenal adalah "Robohnya Surau Kami", ditulis tahun 1955 #aanavis
- cerita "Robohnya Surau Kami" unik, berhasil menjungkirbalikkan logika tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke neraka #aanavis
- Robohnya Surau Kami, mencerminkan perspektif yang jauh ke depan . Yang roboh itu bukan dalam pengertian fisik, tapi tata nilai. #aanavis
- berikut adalah beberapa judul karya sastra lain AA Navis yang paling terkenal, dilengkapi dengan tahun penulisannya #aanavis
- Bianglala (1963), Hujan Panas (1964), Kemarau (1967), Si Gadis dalam Sunyi (1970), Dermaga di Empat Sekoci (1975) #aanavis
- Di Lintasan Mendung (1983), Dialektika Minangkabau (editor, 1983), Alam Terkembang Jadi Guru (1984), Jodoh (1998), Saraswati (2002) #aanavis
- dalam menulis, penulis dan pembaca memiliki pengetahuan yg sama, pembaca yg menjadi sasaran penulis bukanlah orang yg bodoh #aanavis
- baginya, karya yang baik dari seorang sastrawan dilihat dari karyanya yang awet atau tidak #aanavis
- menurutnya pelajaran sastra adalah pelajaran orang berpikir kritis. Orang yang berpikir kritis akan memahami konsep-konsep hidup. #aanavis
- AA Navis seringkali mengkritik dunia pendidikan sastra Indonesia, juga sangat membenci para koruptor di Indonesia #aanavis
- "saya merasa tidak pernah tua dalam menulis segala sesuatu termasuk cerpen" #aanavis
Kamis, 03 Januari 2013
AA Navis 'Sang Pencemooh'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar